- a simple, short and might-be-fuzzy note on my daydreaming life from a twenties restless field engineer wanna be girl who tried to balance her pleosynchronous real life and the life of her utopia dreamland with her significant other. whatever it means.

27 Mei 2008

Catatan pagi di sebuah Rig

Pagi ini laut seperti menyatu dengan langit. Garis batas horizon seperti tak lagi nyata, melebur dalam satu sapuan kuas biru lembut bercamput putih yang tersipu malu, membaurkan batas antara surga dan dunia. Pagi ini, damai ada dalam sepi yang tak tertemukan tapi diam diam sembunyi ditengah riuh dentam mesin dan teriakan orang yang tak kenal waktu.

Tak seperti fajar sebelumnya, yang menyeruak kuat dengan sinar merah keemasan yang dengan congkaknya berkata : hari sudah pagi! Dan merajut lini agung dari semburat surya yang tak mampu lagi disembunyikan awan..yang mengalah pelan pelan sambil mempersilahkan dian mematut dirinya di permukaan laut dengan sempurna. Dan lautpun memantulkan bayang keemasan yang menyilaukan mata pada riaknya...

Pagi ini, langit hanyalah satu kanopi biru agung tempatku istirah sejenak dari lelah.....






*3rd hand mulu...cape deeeee...kpn gw breakotnya?!?!:(*

23 Mei 2008

Tentang berjalan

Why do we fall, sir? So that we might better learn to pick ourselves up.
--Alfred Pennyworth, Batman Begins, 2005

Saat seseorang yang berjalan kaki menuju suatu tempat, pasti ada saat dimana jalan yang dilaluinya nggak mulus,becek (ngga ada ojek juga...:D), bumpy, berlubang lubang n nggak gampang dilalui. Ada saatnya juga rintangan rintangan ini kadang membuat kita terpeleset, terperosok, jatuh terus luka.

Masalahnya, ketika luka di kaki saya terlalu sakit buat diajak berjalan, saya sering berpikir untuk berhenti. Tapi lalu saya ingat....akan selalu ada dua pilihan untuk diambil - yang pertama, diam saja, tenggelam dalam luka dan rasa sakit dan berhenti berjalan. Pilihan ini seringkali jadi salah satu pilihan yang paling mudah diambil, karena tidak membutuhkan pertimbangan, keberanian dan guts sama sekali. Pilihan kedua adalah pilihan yang sulit untuk diambil - untuk tetap bertekad meneruskan berjalan walau kaki luka dan sakit. Mengumpulkan atom atom keberanian dan kekuatan untuk tetap menyeret kaki yang luka. Tapi pilihan kedua bukan cuma tentang sok berani, sok tidak merasakan luka dan sok memaksa diri untuk berjalan. Pilihan kedua adalah tentang mempelajari kenapa kita bisa jatuh, memahami sebuah rasa sakit dalam hati kita, apa penyebabnya, dan bagaimana mencegahnya agar tidak terjadi lagi. Belajar soal diri kita sendiri. Belajar berdiri.

Dan yang nggak kalah pentingnya....belajar bahwa kalau kita luka, kita tidak bisa langsung berdiri dan jalan lagi. Kita butuh sejenak waktu untuk duduk menikmati rasa sakit tapi tidak tenggelam di dalamnya. Untuk mengeluh sebentar tapi tidak menyerah karenanya. Untuk mendiamkan luka sebentar, lalu pelan pelan (sambil menahan sedikit sakit...) berdiri dan berjalan lagi. Akan selalu dibutuhkan sedikit waktu (satu milisekonpun...pasti butuh..) untuk bisa bangkit kembali. Tapi itu tak berarti kita berhenti......




*Dedicated to mum and dad..the reason why i'm still strong enough to walk until now*